Jumat, 22 Januari 2010

IKAS JAYA MEMBANGUN LEWAT BUDAYA

Oleh : Muhammad Ridwan

Dahulu, setiap percakapan orang Minang selalu diuntai dengan kato nan elok didanga dan diucapkan dengan raso jo pareso supayo indak tumbuah seso. Orang luar Minang jika mendengar orang Minang bicara, senantiasa tertegun dan memberikan apresiasi yang begitu tinggi.


Jika kita mendengar berita tentang pertandingan sepak bola, bola volley, panjat pinang, dan pacu karung mungkin sudah biasa. Lawan bicara akan cuek dan acuh tak acuh. Hal ini lumrah karena setiap tahun, setiap lembaga, desa, kecamatan atau kabupaten mengadakannya.
Namun agak asing terdengar di telinga jika kita mendengar perlombaaan Berbalas Pantun. Orang akan bertanya, siapa yang masih bisa, bagaimana penilaiannya, seperti apa pakaiannya, tema apa yang akan diangkat ? Dan tentu masih banyak pertanyaan bernada bingung sekaligus sinis, apa mungkin ?
Inilah yang membuat Ikas Jaya (Ikatan Keluarga Aur Kuniang Sakato – Jakarta Raya), mengadakan acara Lomba Berbalas Pantun. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memeriahkan acara Pulang Basamo Warga Ikas Jaya pada Idul Fitri 1430 H / 2009 M.
Pemberian hadiah lomba Barbalas Pantun dari Panitia Ikas Jaya (Fitni Wilis dan Hafiz)Bagi masyarakat di luar Minang, bahasa orang Minang teramat indah, mengerti dengan perasaan lawan bicara serta tepat waktu dan tepat sasaran jika bicara. Inilah kehalusan budi orang Minang dahulu.
Bagaimana dengan sekarang ? Banyak masyarakat luar Minang di Jakarta sekarang menyebut orang Minang dengan sebutan Padang Pancilok atau Padang Bengkok. Tentu saja ini bertolak belakang dengan beberapa dekade sebelumnya yang mengindentikkan orang Minang dengan orang yang alim, berbudi luhur serta jujur dalam perkataan dan perbuatan.
Hal yang sungguh memprihatinkan, banyak rang mudo Minang, khususnya Pasaman Barat yang sudah tidak paham dengan kato pusako Minang Kabau. Hal ini tentu tidak bisa dipersalahkan pada anak muda karena salah satu ciri budaya Minang dikembangkan dengan budaya lisan sehingga setiap pergantian generasi selalu ada kehilangan sebagian pusako lamo. Kato jo Pusako kurang tersampaikan dengan utuh pada generasi berikutnya.

Siapa yang salah ? Bukan saatnya lagi kita mencari siapa yang salah. Sudah saatnya kita mencari upaya bagaimana semua ini diperbaiki oleh semua pihak dengan kemampuan masing-masing. Meminjam istilah orang-orang bijak, ”Jangan Tanya apa yang diberikan Pasaman Barat padamu tapi Tanyalah apa yang bisa kamu berikan untuk Pasaman Barat.
Acara Lomba Berbalas Pantun yang digagas oleh Ikas Jaya ini sungguh menarik. Dari 16 Datuak yang ada di Nagari Aua Kuniang, sembilan Datuak mengutus cucu kemenakannya untuk unjuk kebolehan dalam Lomba Berbalas Pantun ini.
Cucu kemenakan Datuak Rajo Bingkalang berhasil keluar sebagai pemenang pertama. Pemenang kedua diraih oleh cucu kemenakan Sutan Majo Lelo dan juara ketiga dimenangkan oleh cucu kemenakan Datuak Bandaro Basa.

Penonton dari niniak mamak 16 datuak yang ada di Nagari Aua Kuniang bukan hanya kaget terhadap kemampuan cucu kemenakan mereka dalam berbalas pantun. Tetapi ada gelora emosi yang ikut serta dari setiap penonton, ada saatnya mereka tertawa, tepuk tangan, terperanjat bahkan tidak sedikit yang menitikkan air mata. Lihatlah beberapa bait pantun berikut dari Datuak Rajo Bingkalang :

Gadang-gadang kayu di rimbo
Sikaduduak di batang nango
Kadang-kadang hati nak batanyo
Baa kok baru kini dunsanak pulang basamo

Lai den timbo sibanda Padang
Luluak juo nan tatimbo
Bukannyo kami ndak namuah pulang
Iduik di rantau masih sansaro

Atau lihatlah bait pantun dari Datuak Bandaro Basa :
Kampuang Kubu Sukomananti
Sinan tumbuahnyo kunik tamu
Jikok baitu kasanang hati
Insyaallah tiok lebaran kito batamu

Tangguaklah udang dengan bada
Dapek lingkitang dilungguakkan
Kok baniaik sarato do’a
Allah tantu mangabuakan

Semua tertegun, semua terpana, semua kaget dan semua penuh harapan. Bahkan dalam sesi penutupan, Yang Dipertuan Daulaik Parik Batu mengucapkan, “Sungguh acara ini penuh makna dan bermanfaat. Kita tidak menduga, ternyata cucu kemenakan kita masih bisa melestarikan budaya asli Minang Kabau. Kita berharap tahun berikutnya acara seperti ini bisa lebih besar lagi dan jika perlu mengadakan Lomba Berbalas Pantun untuk Niniak Mamak”.
Acara dikemas dengan apik, menarik dan tentu ide autentik anak nagari. Untuk menghindarkan dugaan manipulatif, Ikas Jaya mencari Juri Profesional sesuai bidang dan kemampuan. Untuk Juri Sikap & Penampilan dipercayakan langsung pada Yang Dipertuan Daulaik Parik Batu. Juri Busana dan Intonasi dipercayakan pada Ibu Rosni Latif. Dan Juri Substansi Materi dimintkan pada perwakilan Ikas Jaya Ibu Fitni Wilis.
Ikas Jaya sebagai lembaga sosial warga Aua Kuniang di Jabodetabek tentu belum bisa memberikan materi dalam membangun kampung halaman. Tetapi apa yang bisa disumbangkan akan diberikan oleh warganya untuk nagari khususnya Nagari Aua Kuniang, umumnya Kabupaten Pasaman Barat. Saat ini, warga Ikas Jaya turut membangun nagari dan Pasaman Barat lewat budaya. Semoga bermanfaat.


* Dimuat dalam Buletin IKPB edisi 5, Jjanuari 2010

Tidak ada komentar: