Minggu, 30 Maret 2014

MENANAM KITA DEMI MASA DEPAN




Di sebuah kelas, Bu Guru sedang mengajarkan pelajaran pribahasa.
Bu Guru           : “Hasan, apa arti pribahasa  - nasi sudah menjadi bubur”
Hasan               : Hasan yang lagi ngantuk kaget, dan menjawab, “Artinya, saatnya makan bubur, Bu !” Dan semua siswa tertawa terkekeh-kekeh. 

Dunia pengajaran anak-anak selain perlu disampaikan dengan bahasa yang sederhana juga adakalanya mesti diselipkan dengan gaya humor. Pengajaran yang datar, monoton dan kurang kreatif akan membuat anak malas, bosan dan acuh terhadap apa yang disampaikan. Begitu pula dengan isu perubahan iklim yang kini hadir sebagai sihir baru di dunia.

Apa itu perubahan iklim ? Bagaimana kaitannya dengan Sekaroh ? Eh .... Sekaroh apaan sih ? Siapakah Tuan Guru ? Kenapa Tuan Guru akrab dengan seorang Profesor ? Rumini, Bena dan Amaq Asip, siapa mereka ?   

Hoooooiiiii ...... ! Ada isu CDM ! Hah ..... ? CDM ? Apaaan, tuh ! KOICA dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan bertemu di Kabupaten Lombok Timur. Mereka ngapain, ya ? Mau tahu jawaban semuanya ? Baca saja komik seru dan penuh makna ini !

LAND REHABILITATION IN EXTREEME ZONE




There is interesting, contrasting phenomenon on national emission reduction effort in Indonesia. Although most GHG emission in Indonesia is coming from forestry sector, very few forestry carbon projects have been registered. Until the end of 2012 there were 93 projects registered at the Executive Board (EB - UNFCCC) from energy sector on Clean Development Mechanism (CDM) activity, of which mostly about methane avoidance with highest CERs  earnings coming from geothermal. How about forestry sector? None has been registered at EB-UNFCCC.

How could this happen? Was it due to complicated methodology, Government Policy, or some company internal factors? In the Presidential Regulation (Perpres) No. 61 year 2011 about National Action Plan on GHG emission Reduction, forestry sector and peat-land were targeted to reduce emission up to 87.61%. Why was the very sector which was planned to have highest reduction has not had even single activity registered at EB?

This book explains technical obstacle, policy, implementation, validation of an AR CDM activity in East Lombok, Indonesia. The AR CDM activity in this book would be registered as the First Forestry CDM Activity from Indonesia at EB-UNFCCC.

Testimony


KOICA Program succeeded to change local community from ignorant to environmentally conscious. This book described how to approach society with extreme attitude and against the rehabilitation activity toward society which care about environment.
Turmudzi – Leader of NGO Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan (AMPEL)

Sekaroh Protection Forest is extremely dry area with many illegal grazing that is difficult to rehabilitate. Land rehabilitation program by KOICA and FORDA within CDM scheme has become a new model for cooperation with local community. This cooperation model between KOICA and local community has enriched available models of approach to community.  
Dr. Ir. Abdul Hakim, MM – Head of Forestry Service of West Nusa Tenggara Province

From the beginning I thought that the AR/CDM project needed to give a try in Indonesia; not only to meet the commitment for mitigating global climate change, but also because it is very relevant with the context and the need for land rehabilitation and increasing land production in many area of Indonesia. Even though a little late, this book was based on result of first research effort that contained many lessons for us to learn.
(Dr. Iman Santoso, one of the initiators of the AR/CDM Project of Indonesia-Korea)

I followed all the process of this cooperative CDM project activity between Korea and Indonesia in East Lombok. Climate change and forestry is new issue in the field that one problem after another would always appeared. Based on the faith that active role of community is very important in rehabilitating marginal land and would give multiple effects, I consistently encouraged and supported this project until the Recommendation Letter from the Minister of Forestry was issued, for community based forestry (HKm) and followed by issuance of Letter of Approval (LoA) from National Committee of CDM (Komnas MPB) of National Board for Climate Change (DNPI). This book should be read by any party who has concern with land rehabilitation activity, community participation and coping with climate change.
Dr. Yetti Rusli – Chair of Working Group on Climate Change of Ministry of Forestry.


REHABILITASI LAHAN DI ZONA EKSTRIM




Fakta menarik menunjukkan adanya perbandingan yang sangat kontras antara sektor kehutanan dengan non kehutanan pada implementasi penurunan  emisi nasional.   Sampai akhir tahun 2012, kegiatan Clean Development Mechanism (CDM) untuk sektor energi dan  industri sudah 93 proyek dari Indonesia yang terdafar di Executive Board (EB). Kegiatan terbanyak dari sektor methane avoidance dan CERs yang terbesar dari sektor geothermal. Bagaimana dengan sektor kehutanan ? Ternyata belum satupun yang terdafar di EB !
Kenapa hal ini bisa terjadi ? Apakah karena faktor metodologi yang rumit ? Kebijakan pemerintah ? Atau faktor internal perusahaan ? Padahal dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penuruan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK), sektor kehutanan dan gambut ditargetkan menurunkan emisi 87,61 %. Nah……. Kenapa sektor yang direncanakan menurunkan emisi terbesar justeru dalam CDM belum satupun kegiatannya yang terdaftar di EB ?
Buku ini menjelaskan hambatan teknis, kebijakan dan kegiatan validasi dari validator internasional serta strategi melewati berbagai hambatan. Buku ini semakin menarik karena kegiatan CDM di Lombok Timur adalah kegiatan CDM dengan skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) pertama dari Indonesia yang akan didaftarkan di EB.

Testimoni Buku


Kerjasama antara Indonesia dengan Korea dalam kegiatan CDM menjadi pembelajaran bagi semua pihak mengenai strategi membumikan konsep global seperti CDM ke tingkat tapak. Buku ini menjelaskan hambatan  implementsi CDM, tantangan lapangan dan proses yang harus ditempuh untuk merealisasikan tujuan penurunan emisi, khususnya di Hutan Lindung Sekaroh.
Dr. Yetty Rusli – Ketua Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan.

Hutan Lindung Sekaroh merupakan  areal yang ekstrim kering dan banyak pengembalaan liar sehingga  sulit dilakukan rehabilitasi. Program rehabilitasi lahan oleh KOICA dengan Litbang Kehutanan dalam skema CDM memberikan model baru bentuk kerjasama dengan masyarakat. Model kerjasama KOICA bersama masyarakat ini menambah khasanah model pendekatan pada masyarakat.
Dr. Ir. Abdul Hakim, MM – Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Program KOICA berhasil merubah masyarakat dari yang tidak peduli, menjadi masyarakat yang peduli lingkungan. Buku ini memaparkan cara mendekati masyarakat yang berperilaku ekstrim dan antipati dengan kegiatan rehabilitasi menjadi masyarakat yang lebih peduli pada lingkungan.
Turmudzi – Ketua LSM Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan (AMPEL).