Jumat, 22 Januari 2010

IKAS JAYA MEMBANGUN LEWAT BUDAYA

Oleh : Muhammad Ridwan

Dahulu, setiap percakapan orang Minang selalu diuntai dengan kato nan elok didanga dan diucapkan dengan raso jo pareso supayo indak tumbuah seso. Orang luar Minang jika mendengar orang Minang bicara, senantiasa tertegun dan memberikan apresiasi yang begitu tinggi.


Jika kita mendengar berita tentang pertandingan sepak bola, bola volley, panjat pinang, dan pacu karung mungkin sudah biasa. Lawan bicara akan cuek dan acuh tak acuh. Hal ini lumrah karena setiap tahun, setiap lembaga, desa, kecamatan atau kabupaten mengadakannya.
Namun agak asing terdengar di telinga jika kita mendengar perlombaaan Berbalas Pantun. Orang akan bertanya, siapa yang masih bisa, bagaimana penilaiannya, seperti apa pakaiannya, tema apa yang akan diangkat ? Dan tentu masih banyak pertanyaan bernada bingung sekaligus sinis, apa mungkin ?
Inilah yang membuat Ikas Jaya (Ikatan Keluarga Aur Kuniang Sakato – Jakarta Raya), mengadakan acara Lomba Berbalas Pantun. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memeriahkan acara Pulang Basamo Warga Ikas Jaya pada Idul Fitri 1430 H / 2009 M.
Pemberian hadiah lomba Barbalas Pantun dari Panitia Ikas Jaya (Fitni Wilis dan Hafiz)Bagi masyarakat di luar Minang, bahasa orang Minang teramat indah, mengerti dengan perasaan lawan bicara serta tepat waktu dan tepat sasaran jika bicara. Inilah kehalusan budi orang Minang dahulu.
Bagaimana dengan sekarang ? Banyak masyarakat luar Minang di Jakarta sekarang menyebut orang Minang dengan sebutan Padang Pancilok atau Padang Bengkok. Tentu saja ini bertolak belakang dengan beberapa dekade sebelumnya yang mengindentikkan orang Minang dengan orang yang alim, berbudi luhur serta jujur dalam perkataan dan perbuatan.
Hal yang sungguh memprihatinkan, banyak rang mudo Minang, khususnya Pasaman Barat yang sudah tidak paham dengan kato pusako Minang Kabau. Hal ini tentu tidak bisa dipersalahkan pada anak muda karena salah satu ciri budaya Minang dikembangkan dengan budaya lisan sehingga setiap pergantian generasi selalu ada kehilangan sebagian pusako lamo. Kato jo Pusako kurang tersampaikan dengan utuh pada generasi berikutnya.

Siapa yang salah ? Bukan saatnya lagi kita mencari siapa yang salah. Sudah saatnya kita mencari upaya bagaimana semua ini diperbaiki oleh semua pihak dengan kemampuan masing-masing. Meminjam istilah orang-orang bijak, ”Jangan Tanya apa yang diberikan Pasaman Barat padamu tapi Tanyalah apa yang bisa kamu berikan untuk Pasaman Barat.
Acara Lomba Berbalas Pantun yang digagas oleh Ikas Jaya ini sungguh menarik. Dari 16 Datuak yang ada di Nagari Aua Kuniang, sembilan Datuak mengutus cucu kemenakannya untuk unjuk kebolehan dalam Lomba Berbalas Pantun ini.
Cucu kemenakan Datuak Rajo Bingkalang berhasil keluar sebagai pemenang pertama. Pemenang kedua diraih oleh cucu kemenakan Sutan Majo Lelo dan juara ketiga dimenangkan oleh cucu kemenakan Datuak Bandaro Basa.

Penonton dari niniak mamak 16 datuak yang ada di Nagari Aua Kuniang bukan hanya kaget terhadap kemampuan cucu kemenakan mereka dalam berbalas pantun. Tetapi ada gelora emosi yang ikut serta dari setiap penonton, ada saatnya mereka tertawa, tepuk tangan, terperanjat bahkan tidak sedikit yang menitikkan air mata. Lihatlah beberapa bait pantun berikut dari Datuak Rajo Bingkalang :

Gadang-gadang kayu di rimbo
Sikaduduak di batang nango
Kadang-kadang hati nak batanyo
Baa kok baru kini dunsanak pulang basamo

Lai den timbo sibanda Padang
Luluak juo nan tatimbo
Bukannyo kami ndak namuah pulang
Iduik di rantau masih sansaro

Atau lihatlah bait pantun dari Datuak Bandaro Basa :
Kampuang Kubu Sukomananti
Sinan tumbuahnyo kunik tamu
Jikok baitu kasanang hati
Insyaallah tiok lebaran kito batamu

Tangguaklah udang dengan bada
Dapek lingkitang dilungguakkan
Kok baniaik sarato do’a
Allah tantu mangabuakan

Semua tertegun, semua terpana, semua kaget dan semua penuh harapan. Bahkan dalam sesi penutupan, Yang Dipertuan Daulaik Parik Batu mengucapkan, “Sungguh acara ini penuh makna dan bermanfaat. Kita tidak menduga, ternyata cucu kemenakan kita masih bisa melestarikan budaya asli Minang Kabau. Kita berharap tahun berikutnya acara seperti ini bisa lebih besar lagi dan jika perlu mengadakan Lomba Berbalas Pantun untuk Niniak Mamak”.
Acara dikemas dengan apik, menarik dan tentu ide autentik anak nagari. Untuk menghindarkan dugaan manipulatif, Ikas Jaya mencari Juri Profesional sesuai bidang dan kemampuan. Untuk Juri Sikap & Penampilan dipercayakan langsung pada Yang Dipertuan Daulaik Parik Batu. Juri Busana dan Intonasi dipercayakan pada Ibu Rosni Latif. Dan Juri Substansi Materi dimintkan pada perwakilan Ikas Jaya Ibu Fitni Wilis.
Ikas Jaya sebagai lembaga sosial warga Aua Kuniang di Jabodetabek tentu belum bisa memberikan materi dalam membangun kampung halaman. Tetapi apa yang bisa disumbangkan akan diberikan oleh warganya untuk nagari khususnya Nagari Aua Kuniang, umumnya Kabupaten Pasaman Barat. Saat ini, warga Ikas Jaya turut membangun nagari dan Pasaman Barat lewat budaya. Semoga bermanfaat.


* Dimuat dalam Buletin IKPB edisi 5, Jjanuari 2010

Silaturrahmi Antara Urang Kampuang, Perantau dan Pemerintah*

Halaman depan kantor Wali Nagari Aua Kuniang hari Jum’at malam tanggal 25 September 2009 penuh sesak oleh warga. Membludaknya warga pada malam itu bukan karena ada acara pernikahan, bukan pula acara kendurian, tetapi ada sebuah acara istimewa bagi warga Aua Kuniang.

Sudah puluhan tahun berlalu belum pernah ada acara seperti ini diadakan di Kantor Wali Nagari. Inilah acara silaturrahmi antara Urang Kampuang, Perantau Aua Kuniang di Jabodetabek dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Pasaman Barat.

Dari Nagari Aua Kuniang dihadiri lengkap oleh semua jajarannya, mulai dari Wali Nagari (Mansurdin), Ketua Bamus (Rosni Latif), Ketua KAN (Yulhendri Datuak Putiah) dan semua jajaran pengurus Wali Nagari. Dari Niniak Mamak, hadir perwakilan dari 16 datuak. Dari Ikas Jaya hadir ketua (H. Asril Bakri), Sekretaris (Muhammad Ridwan), wakil ketua, ketua bidang, bendahara dan anggota Ikas Jaya. Sedangkan dari Pemda Pasaman Barat hadir Wakil Bupati (Risnawanto, SE) dan jajarannya.

Malam keakraban antara warga, niniak mamak, perantau dan pemerintah daerah terasa begitu indah. Semua membaur tanpa ada embel-embel jabatan, aturan birokrasi dan kegaduhan protokoler. Wakil Bupati tidak merasa canggung untuk duduk dan bernyanyi bersama dengan warga. Sungguh terasa keakraban antara rakyat dengan penguasa, urang kampuang dengan perantau, dan cucu kamanakan dengan niniak mamak. Entah kapan lagi acara seperti itu akan terulang.

Wakil Bupati menyambut gembira rangkaian acara yang diadakan oleh Ikas Jaya dengan warga Aua Kuniang. Menurut Wakil Bupati, ”Kegiatan yang diadakan oleh Ikas Jaya sangatlah penting bagi kebersamaan warga perantau dengan dunsanak di kampuang”.

Menanggapi kegiatan lomba MTQ tingkat lansia, MTQ tingkat anak-anak, badminton dan Berbalas Pantun diberi apresiasi positif oleh Wakil Bupati. ”Andai Ikas Jaya melakukan komunikasi sebelum menggelar acara, tentu Pemda Pasaman Barat akan membantu suksesnya acara yang sangat positif buat kemajuan dan identititas warga Minang ini. Lomba Berbalas Pantun antar datuak adalah sesuatu yang langka dan ide brilian dari Ikas Jaya dalam rangka mempertahankan khasanah budaya Minang. Ide-ide kreatif seperti ini akan disupport oleh Pemda”, demikian kata Wakil Bupati.

Pada malam tersebut, Ikas Jaya memanfaatkannya sekaligus untuk membagikan hadiah bagi pemenang lomba. Lagi-lagi, Wakil Bupati memberikan respon positif tentang hal ini. Wakil Bupati menyatakan, ”Jika Ikas Jaya memberitahu kegiatan sebelumnya, Pemda akan berpartisipasi memberikan hadiah. Bukan hanya piala yang akan diberikan, bahkan jika perlu kambing atau sapi-pun akan disumbangkan oleh Pemda untuk acara spesial seperti ini”.

Sebelum menyudahi sambutannya, Wakil Bupati memberikan santunan uang tunai kepada pengurus Ikas Jaya sebanyak dua juta rupiah. Pemberian bantuan ini sebagai bentuk apresiasi dan respon positif Wakil Bupati terhdap acara yang dinilai masyarakat sebagai kegiatan yang unik, menghibur, positif dan penuh makna. Sumbangan Wakil Bupati ini disumbangkan lagi oleh Ikas Jaya kepada Wali Nagari Aua Kuniang.

* Dimuat dalam Buletin IKPB edisi 5, Januari 2010

LOMBA BULU TANGKIS*

Perlombaan yang diadakan dalam rangka Pulang Basamo Ikas Jaya ini antara lain MTQ anak-anak dan lansia, Lomba Berbalas Pantun dan Lomba Badminton. Ketiga lomba ini mewakili bidang agama, budaya dan olahraga (kesehatan). Bahwa untuk mencapai kondisi bangsa yang berkualitas dibutuhkan manusia yang mengamalkan agama, berbudaya luhur dan harus sehat jasmaninya. Untuk itulah Ikas Jaya mengadakan perlombaan pada ketiga bidang yang berbeda.

Kegiatan perlombaan badminton diadakan di lapangan olahraga Sukomananti. Pertandingan ini dilakukan pada tanggal 22 – 24 September 2009 dengan jumlah peserta 12 pasang ganda putra. Waktu pertandingan dilaksanakan pada pukul 16.00 – 22.00.

Peserta yang sudah saling kenal menambah suasana akrab. Suasana pertandingan lebih terasa seperti ajang pertemanan dan temu kangen dibanding suasana perseteruan memperebutkan mahkota juara. Meskipun demikian, semua aturan pertandingan badminton dilaksanakan dengan penuh jiwa besar dari peserta.


Nuansa sportivitas dalam pertandingan terasa begitu kental. Apalagi pertandingan selalu disaksikan oleh Mayor Indraferi sebagai ketua panitia bidang olahraga pulang basamo Ikas Jaya.


* Dimuat dalam Buletin IKPB edisi 5, Januari 2010

LOMBA MTQ ANAK – ANAK

Pagi itu, pukul 09.00 WIB tanggal 24 September 2009 Mesjid Raya Padang Tujuah tiba-tiba rame dikunjungi anak-anak berumur 6 – 12 tahun. Tentu mereka bukan berangkat menuju sekolah, karena hari itu adalah hari libur nasional, libur Idul Fitri 1430 H. Lalu kenapa tiba-tiba Mesjid Raya Padang Tujuah begitu rame dikunjungi?

Inilah salah satu rangkaian acara Pulang Basamo Ikas Jaya. Ikas Jaya mengadakan berbagai lomba antara lain Lomba MTQ Anak-anak, MTQ tingkat lansia, Lomba Badminton dan Lomba Berbalas Pantun.

Acara ini memiliki motivasi untuk berpartisipasi dalam rangka menyiapkan kader-kader masa depan Aua Kuniang yang cerdas, berbudaya dan berakhlak mulia. Lokasi kegiatan diadakan di Mesjid Raya, Padang Tujuah.

Dewan juri lomba ini antara lain, Ibu Emma dari Ikas Jaya untuk juri bidang tajwid, juri irama ibu Ilma dan Bapak Sarimin untuk juri adab. Jumlah peserta lomba ini sebanyak 25 orang dari enam Jorong di Nagari Aua Kuniang.

PULANG BASAMO PENUH SENSASI

Penuh canda, tawa, heboh dan lucu. Itulah suasana yang terjadi ketika Ikas Jaya mengadakan lomba MTQ tingkat lansia (lanjut usia). Memang agak unik, jika selama ini lomba MTQ diadakan untuk tingkat anak-anak, remaja dan dewasa, justeru Ikas Jaya mengadakan MTQ tingkat lansia.

Suasana peserta mempersiapkan diri sebelum dipanggil panitiaKenapa harus tingkat lansia? Alasannya sederhana, kapan lagi para orangtua kita bisa mengekspresikan kemampuannya di depan umum, naik panggung, tersenyum ceria dan berkumpul dalam suasana yang mendebarkan dan harap-harap cemas. Bayangkan, jika ada orangtua kita yang giginya lebih banyak yang lepas dari yang tersisa naik panggung, pegang piala dan sambil senyum. Mmhh... tentu suasananya haru dan lucu.
Acara ini direspon positif oleh orangtua pada semua jorong di Nagari Aua Kuniang. Jumlah peserta lomba MTQ tingkat lansia ini sebanyak 21 orang dari 6 jorong. Semua jorong di Nagari Aua Kuniang mengirimkan utusannya yaitu Jorong Sukomananti, Padang Tujuah, Pinaga, Lubuak Landua, Lembah Binuang dan Jorong Bukik Nilam. Acara diadakan di Mesjid Baitussalam, Sukomananti tanggal 24 September 2009.


Persyaratan lomba antara lain, usia diatas lima puluh tahun, mewakili jorong di Aua Kuniang, berpakaian rapi, dan satu jorong maksimal empat peserta. Sebenarnya setiap jorong megirimkan wakilnya 4 orang tetapi panitia konsisten dengan persyaratan yang telah disepakati. Sebelum acara dimulai panitia melakukan check usia peserta. Ternyata ada yang berumur kurang dari 50 tahun sehingga didiskualifikasi. Inilah sikap konsisten terhadap sebuah peraturan yang ditunjukkan oleh panitia.


Foto bersama antara peserta setelah acara dengan ketua panitiaMeskipun acara ini bersifat santai, untuk urusan penilaian Ikas Jaya tetap profesional. Untuk juri irama diminta kesediaan Ibu Upik yang merupakan juri profesional tingkat Kabupaten. Juri Adab adalah Bapak Bustamam Ismail dari Ikas Jaya. Dan juri tajwid dipercayakan pada Bapak Andesta, ustadz muda tingkat kabupaten.


Dan yang pasti, Acara Pulang Basamo Ikas Jaya tahun 2009 penuh makna dan sensasi. Melakukan lomba MTQ tingkat lansia adalah salah satu sensasianya, semoga acara ini bernilai Ibadan bagi semua, amiin.


* Diterbitkan dalam Buletin IKPB edisi 5, Januari 2010

PASBAR BUTUH PEMIMPIN VISIONER SEPERTI HATTA

Oleh : Prof. Dr. Ir. Syafril Kemala


Bung Hatta Bapak Koperasi Indonesia bercita-cita menjadikan Pasaman Barat melalui Tongar (Simpang Empat) sebagai kawasan koperasi modern sekaligus mengaktualisasikan ekonomi kerakyatan dengan usaha bersama berdasar azas kekeluargaan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera.

Sekitar tahun 1957 kebijakan politik pemerintah dengan dekolonisasi mengembalikan putra-putri Indonesia yang hijrah sebelum kemerdekaan sebagai kalonisasi pemerintah kolonial Belanda. Salah satu bentuk kolonisasi warga asal Indonesia (Jawa) dijadikan tenaga kerja pada perkebunan dan pertambangan di Amerika Latin (Suriname).

Desa Tongar di Kabupaten Pasaman Barat + 7 km ke arah utara Simpang Empat dengan luas + 30.000 ha, topografi agak rata, ketinggian + 200 m dpl dengan curah hujan 2.000 – 3.000 mm/tahun adalah daerah pertanian. Warga Indonesia asal Suriname rata-rata berpendidikan setingkat SLTP / SLTA dan perguruan tinggi, terdistribusi dalam kelompok anak-anak, dewasa dan orangtua 70 % tergolong angkatan kerja produktif. Di daerah asalnya bekerja sebagai pekerja industri pertanian, pertambangan dan pegawai perkantoran. Mereka telah mengalami akulturasi budaya Barat lebih 100 tahun, dengan karakter etos kerja tinggi, efisien, dinamis dan rasional. Tiap KK yang ditempatkan di desa Tongar diberi hak milik tanah 2 – 4 ha, dilengkapi dengan prasarana komunikasi dan transportasi.

Di desa Tongar dibangun industri kayu, perkebunan, peternakan dan persawahan dalam suatu kelembagaan koperasi. Badan usaha koperasi dikembangkan menurut kebutuhannya, seperti koperasi produksi, simpan pinjam, pasar dan lainnya. Semua transaksi masyarakat sehari-hari melalui koperasi, demikian pula produksi dikelola dan dipasarkan melalui koperasi. Desa Tongar waktu itu mengagumkan, ekonomi tumbuh dengan baik, masyarakat mandiri, industri pertanian (pangan, gula, kayu) berkembang dengan baik. Sayang sekali Sumatera Barat mendapat bencana meletusnya peristiwa PRRI / Permesta yang memporakporandakan program mulia tersebut. Sekarang hanya tinggal puing-puing untuk dikenang.

Lima puluh tahun kemudian, di Pasaman Barat terjadi gerakan ekonomi yang digerakkan oleh komoditas kelapa sawit, salah satu komoditas non migas yang sangat handal. Berawal dari Ophir, PTP VI merehabilitasi perkebunan Ophir dengan luas + 6000 ha dalam bentuk inti dan plasma. Kemudian investasi swasta masuk. Saat ini perkebunan kelapa sawit di Pasaman Barat mencapai + 143.884 ha yang terdiri dari kebun inti 58.850 ha, plasma 25.544 ha dan kebun rakyat 59.490 ha.

Sejarah perkembangan kelapa sawit di Pasaman Barat tidak terlepas dari asal lahan. Perlu diketahui bahwa lahan yang dijadikan kebun inti dan plasma terdiri atas tanah ulayat adat. Sesuai dengan struktur dan fungsi adat maka wilayah adat melekat pada geografi kependudukan, yang terdiri dari Jorong, Nagari, Kecamatan dan Kabupaten. Sejalan dengan program pemerintah dalam pembangunan ekonomi sektor pertanian (perkebunan) dengan pola inti – plasma, maka organisasi inti (PT) didampingi oleh plasma dalam wadah Koperasi Unit Desa (KUD). Identik dengan itu daerah / wilayah kerja KUD setara dengan wilayah kejorongan / nagari.

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk memberi kemudahan terhadap pengembangan KUD (kredit, teknologi, pemasaran) maka pendapatan yang diterima petani betul-betul sudah terjamin. Dalam pembangunan kebun oleh inti telah dipersyaratkan oleh pemerintah ratio areal inti dan plamsa 1 : 1, yaitu 1.000 ha inti dan 1.000 ha plasma. Pada saat ini di Kabupaten Pasaman Barat ada + 20 KUD, dengan luas kebun plasma rata-rata 1.500 ha pada 20 kejorongan.

Aset KUD dengan 1.500 ha kebun, bila nilai kebun sawit Rp 90.000.000/ha, berarti 1 unit KUD punya aset 180 Milyar. Dari konstribusi kebun per 2 ha/KK adalah Rp 4.000.000 perbulan di unit desa (jorong). Beredar uang 1000 x 4.000.000 setara dengan 4 Milyar. Efek ganda dari uang yang beredar Rp 4 M/bulan apa bukan sesuatu aktivitas ekonomi yang membanggakan ? Dengan adanya nilai pasar 4 M perbulan semua aktivitas ekonomi di pedesaan / jorong tersebut akan berjalan. Industri rumah tangga (anyaman, makanan), bengkel, mini swalayan, industri perikanan dan pertukangan akan hidup.

Notabene dengan sendirinya lapangan kerja terbuka dan dalam waktu 3 tahun tidak ada pengangguran. Dan dalam 5 tahun semua prasarana yang dibutuhkan sebagai desa maju yaitu sekolah (SD, SMP dan SMU), puskesmas / posyandu, lapangan olahraga, TPA akan tersedia pada tiap jorong / nagari.

Semuanya akan terjadi bila pemimpin (Bupati, Camat, Wali Nagari, Jorong), berjuang untuk rakyat dan memihak pada rakyat. Koruptor desa yang menyatu dengan preman dan lintah darat menjadi musuh bersama. Selamat, carilah pemimpin anda yang dapat menjadikan Pasaman Barat menjadi kawasan koperasi modern.


· Guru Besar di bidang Sosial – Ekonomi, Pertanian

* Ketua Umum IKPB 2004 - 2009

Dimuat dalam Buletin IKPB edisi 5, Januari 2010

EMPATI KAMI PADA ANAK BANGSA MINANGKABAU

Oleh : Prof. Dr. Ir. Syafril Kemala


Gempa bumi berkekuatan 7,6 SR yang terjadi pada 30 September 2009, meluluhlantakkan bumi MinangKabau, terutama daerah-daerah dekat dengan pusat gempa yaitu: Kota Padang dan Pariaman serta Kabupaten Padang, Pariaman dan Agam. Anak-anak bangsa ini dari Sabang sampai Merauke menyampaikan empati dengan sedih, pilu, terharu dan geram. Gempa ini menyobek hati dan memendam rasa – wah – begitu dahsyatnya.

Bogor 01 Oktober 2009 penulis didatangi tamu-tamu yang menyampaikan empati dan mengucapkan rasa duka dan belasungkawaas peristiwa tersebut. Rekan dan tetangga dating silih berganti dengan menundukkan kepala dan mengucapkan salam duka cita.

Rumah dan bangunan sekolah yang hancur akibat gempa di Pasbar Barat
Peristiwa ini “surprise” bagi penulis dan keluarga. Penulis masih dianggap oleh kerabat dan tetangga si “Padang” walaupun sudah + 50 tahun tinggal di Bogor dengan logat Sunda yang mengeja-eja. Sambil menerima ucapan simpati dan empati penulis “mikir”, kenapa ucapan seperti ini begitu spontan dan tulus. Jawaban sementara yang penulis dapat adalah : 1). Rasa tepo-seleronya orang Sunda (Jawa), 2). Canggihnya peliputan oleh media elektronik terutama TV-One yang dipimpin oleh saudara Karni Ilyas yang notabene adalah orang Pariaman.

Jawaban sebenarnya baru penulis dapat dari seorang tamu yang terlama duduk bersama penulis. Beliau seorang cendikiawan, ulama, pendidik, dan seorang pengagum Bung Hatta, Syahrir, Agus Salim, Tan Malaka, Hamka, Natsir, Sutan Takdir Alisyahbana dan Chairil Anwar. Semuanya adalah guru bangsa ini yang mendirikan dan membentuk karakter anak-anak bangsa.

Hatta adalah nasionalis-religius, cendikiawan muslim yang utuh dalam bingkai kemanusiaan yang adil dan beradab, ajaran dan karakternya: santun, jujur dan hemat. Agus Salim, Hamka dan Natsir adalah religius- nasionalis yang mewarnai Islam di Indonesia dan cendikiawan yang otodidak. Beliau bukan intelektual yang digodok di universitas, tetapi menjadi khalifah Islam Modern.

Syahrir, Tan Malaka, Sutan Takdir Alisyahbana dan Chairil Anwar adalah sosialis – nasionalis, Bapak Bangsa ini dalam politik, ekonomi dan budaya. Testimoni Bung Karno kepada Tan Malaka bahwa bila Bung Karno berhalangan maka pucuk pimpinan Negara ini akan diserahkan kepada Tan Malaka. Adalah suatu pengakuan totalitas untuk Tan Malaka sebagai pemimpin politik dan pejuang. Syahrir yang cerdas dan piawai dalam diplomasi menjadikan penjajah bertekuk lutut melalui Linggar Jati dan Renvile, dan juga meletakkan dasar-dasar demokrasi di Indonesia. Sutan Rakdir Alisyahbana dan Chairil Anwar adalah kampiun budaya dan mengangkat derajat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang modern.

Luluh lantaknya bumi Minangkabau akibat gempa 30 September 2009 memilukan hati anak bangsa dan menyentuh rasa kemanusiaan. Mereka yang menjadi korban adalah tetesan-tetesan darah guru bangsa.


Pengamat mistis mencoba menghibur diri bahwa gempa ini adalah teguran dari guru-guru bangsa ini akan laknat terabaikannya “Adaik Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah”, manifestasinya diangkat oleh Navis (1994) dalam buknya dengan judul Robohnya Surau Kami. Mesjid dan surau telah sepi dan Imam dan Khatib, puasa telah sepi dari tarawih dan pengajian, lebaran telah sepi dari zakat dan fitrah. Akronim Islam telah sepi dari nama-nama khalifah-khalifahnya. Nama-nama besar khalifah Islam menjadi kebanggan putra-putri tersayang dan tersanjung berganti dengan nama-nama non-muslim seperti: Antonio, Jhoni, Hendrik, Thomas, Kristina, Maria, dan nama-nama lainnya.

* Dimuat pada Buletin IKPB edisi 4, Desember 2009

GEMPA: ANTARA AZAB & CINTA

Oleh : Muhammad Ridwan

Mujuo indak dapek diraiah, malang indak dapek ditulak. Sumatera Barat diguncang gempa dashyat berkekuatan 7.6 skala richter (SR) hari Rabu 30 September 2009. Tiga hari sejak gempa, terjadi 389 kali gempa susulan yang menggetarkan berkekuatan antara 3 – 4 skala richter. Khusus untuk Pasaman Barat (menurut beberapa masyarakat korban gempa di Kinali & Sasak), sampai tiga hari pasca gempa, pemerintah belum memberikan bantuan pada masyarakat. Dalam Al – Qur’an, Surat Ar – Ruum (30 : 41) Allah SWT berfirman, “Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat tangan manusia”.


Dalam Dunia Sains & TeknologiMenurut ilmu pengetahuan dan teknologi, gempa bumi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah dan aktivitas gunung api. Dalam jangka dekat, para ilmuwan gempa mungkin nakin terobsesi untuk menjawab pertanyaan fundamental seperti ”dapatkah kita meramal terjadinya gempa?”.Saat ini jawabannya mustahil bila yang dimaksud adalah meramal hari, tanggal dan jam berapa gempa akan terjadi. Yang bisa diketahui sebatas wilayah mana yang akan terancam gempa dalam kurun 20-30 tahun mendatang.



Pandangan AgamaMungkin semua kita sudah mengetahui bahwa semua musibah yang terjadi di alam ini, baik gempa bumi, longsor, angin puting beliung, banjir dan musibah lainnya yang menimbulkan bahaya bagi manusia dan menimbulkan berbagai macam penderitaan semua disebabkan oleh perbuatan manusia. Lihatlah firman Allah Ta’ala, “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96).
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisaa: 79).


Pertanyaannya, perbuatan manusia yang mana yang menyebabkan bencana ? Ada pernyataan menggelitik yang pernah disampaikan Prof. Syafril Kemala tahun 2006 yang menyatakan, ”Di Pasaman Barat orang yang shalat hanya sekitar 20 %”. Wow … seorang profesor berkata demikian tentu memiliki landasan, pengamatan, analisa dan pemikiran mendalam. Kita bisa lakukan perhitungan sederhana, misalnya dalam sebuah desa ada sekitar 4.000 penduduk. Mesjid ada rata-rata 4. Artinya ada sekitar 2.000 laki-laki (50 % dari penduduk). Lihatlah yang shalat Jum’at, satu mesjid hanya sekitar 100 orang permesjid. Ini artinya hanya sekitar 400 orang laki-laki yang shalat jum’at (20%), apalagi yang shalat lima waktu, kiran-kira berapa persen? Ini tanggung jawab siapa ?
Lalu lihatlah, ketika bulan Ramadhan, betapa banyaknya lelaki muslim dewasa sehat yang tidak berpuasa.

Belum lagi masalah korupsi yang seperti angin. Banyak pihak yang merasakan efek dan gaung korupsi tetapi tidak dapat dibuktikan secara administrasi. Tetapi dalam hal korupsi, mari lihat yang sederhana saja yaitu korupsi waktu. Pada waktu jam kerja di Pasaman Barat begitu banyak karyawan yang berada di warung atau pulang setelah zuhur dan tidak balik lagi.
Jadi, apakah gempa di Sumbar tahun 2009 ini sebagai azab atau CintaNya, sehingga diberikan peringatan atas kelalaian kita pada berbagai kewajiban ? Wallahu’alam.


- Pengurus IKPB & Pemimpin Redaksi Buletin IKPB
- Dimuat pada Buletin IKPB edisi 4, Desember 2009