Minggu, 13 November 2011

REDD Bisa Menjaga Atau Merusak Hutan


Saat ini banyak pihak yang menekuni isu perdagangan karbon di Aceh. Salah satunya adalah Ir, Fauzi Harun, MS yang saat ini sedang menyelesaikan studi doktoralnya di IPB. Studinya dilakukan di Aceh, terkait jasa lingkungan dan perdagangan karbon.

Apa pendapat putra asli Aceh ini terkait isu perdagangan karbon? “Sebenarnya perdagangan karbon ini masih isu. Masyarakat bawah belum mengetahui isu ini. Ada kegagalan struktural dalam sosialisasi pada masyarakat. Kita perlu lebih hati-hati untuk mengantisipasi apakah skema perdagangan karbon bisa membawa kebaikan bagi hutan dan masyarakat sekitar hutan atau sebaliknya. Untuk itu para pihak dalam hal ini masyarakat dan pemerintah perlu memahami dan memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai terkait isu ini” jelasnya antusias.

Apapun kondisinya, kita harus tetap mempersiapkan diri. Kalau suatu saat isu ini terjadi kita siap melaksnakanan dan kalau tidak terlaksana kita tidak rugi. Untuik itu kita jangan hanya berfikir tentang karbon, masih banyak isu lain. Isu karbon harus digunakan sebagai tamabahan bagi aktivitas masyarakat sekitar hutan.

Ketika ditanyakan mengenai peran LSM dalam isu perdagangan karbon di Aceh, pria Aceh yang berpenampilan sederhana ini menyatakan, “Pada awalnya LSM di Aceh melihat positif isu karbon tapi akhir-akhir ini jadi negatif karena isu ini hanya isu dan tidak pernah jadi kenyataan”.

Terkait banyaknya riset karbon di Aceh, menurut Fauzi Harin hasil riset belum tersosialisasi pada masyarakat. Pengalaman berinteraksi dengan pemda dan masyarakat, umumnya mereka (masyarakat) belum tahu tentang ini. Masyarakat sedini mungkin harus paham tentang isu karbon.

Berhubungan dengan mekanisme distribusi insentif jika ada perdagangan karbon di Aceh, Fauzi Harun menjelaskan bahwa ini jadi persoalan sampai saat ini. Bagaimana mendistribusikannya belum ada yang kongkrit. Kita harus menyikapinya dengan arif dan bijaksana agar dana karbon dapat memberdayakan masyarakt sekitar hutan. Seandaianya salah dalam mendistribusikannya jangan-jangan malah merusak hutan.

Misal, ada daerah yang hutannya bagus, tapi dalam isu REDD mereka tidak dapat insentif. Justeru daerah yang rusak hutannya yang dapat dana karbon. Jika kondisinya seperti ini, Jangan – jangan masyarakat berfikir untuk merusak hutan agar dapt dana karbon.

Fauzi Harun yang sudah lama menekuni isu karbon, pernah melakukan riset yang cukup matang di Kabupaten Gayo Lues .Alasannya melakukan riset di Gayo Lues, pertama Kabupaten Gayo Lues adalah salah satu kabupaten yang berada di daerah hulu dan arealnya 85 adalah kawasan hutan yaitu Taman Nasional Leuser dan Hutan Lindung.

Kedua, SDA di Gayo Lues masih cukup baik. Ketiga, berdasarakan arahan fungsi lahan sangat lengkap: ada hutan pinus alam, hutan kemiri rakyat, hutan produksi, hutan sekunder dan hutan primer.

“Penelitian saya bukan hanya karbon, karbon hanya salah satu bagian.Riset saya berbicara tentang Strategi Pengelolaan Sumberdaya Hutan (SDH) di Gayo Lues. Aspek yang dibahas berupa potensi karbon, nilai ekonomi Sumberdaya Hutan, persepsi masyarakat dan para pihak terhadap keberadaan dan pengelaolaan SDH Gayo Lues, analisis kebijakan dan kelembagaan pengelolaan SDH Gayo Lues, melakukan strategi SWOT terhadap hutan campuran, pinus, kemiri rakyat dan pengembangan ekowisata. Dari kelima aspek ini akan dirangkum meghasilkan rumusan strategi pengelolaan SDH Gayo Lues” terang Fauzi Harun mengakhiri percakapan kami.

*** MR
Tulisan Ini Pernah dimuat pada Majalah Tropis Edisi 7 tahun 2011

Tidak ada komentar: