Minggu, 13 November 2011

Jasa Lingkungan Dapat Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Tahun 2009 – 2010, Bapedal Aceh sudah melakukan riset karbon yang sangat bermanfaat bagi dasar kegiatan karbon tahun-tahun berikutnya. Dr. Rajab Tampubolon, Iksal Yanuarsyah, M.Sc dan Muhammad Ridwan ikut menjadi bagian tim penelitian tersebut. Apa komentar mereka tentang riset yang dilakukan oleh Bapedal Aceh ini?

Rajab Tampubolon menyatakan bahwa, “riset ini sangat bermnafaat. Pertama, dengan adanya riset ini kita mengetahui berapa sebenarnya potensi dan penyerapan karbon di seluruh Aceh untuk semua vegetasi termasuk yang tersimpan di gambut. Kedua kita bisa menysuun perencanaan peta potensi wilayah setiap kota dan kabupaten. Dari riset ini bisa merencanakan langakh-langkah penurunan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan. Kita bisa mempromosikan pada negara maju yang berminat untuk investasi dalam perbaikan lingkungan global. Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf sudah mempromosikan hasilnya pada Conference of the Parties (COP) 15 di Copenhagen. Dalam COP ini judulnya dari Aceh Dunia. Disitu diutarakan nilai investasi lingkungabn yang bisa diinvestasikan oleh masyarakat dunia untuk Aceh”.

Sebaiknya apa tindak lanjut dari peneltian tersebut ?Rajab Tampubolon dengan lugas menjelaskan, “Sembilan Gubernur Dunia dari Merika, Brazil dan Indonesia serta 13 negara Eropa ikut berkumpul di Aceh tahun 2010. Dan Aceh direncanakan menjadi pilot project masyarakat Eropa dalam investasi lingkungan. Tindaklanjut untuk pemerintah Aceh untuk mengeluarkan regulasi dan skema pembiayaan investasi lingkungan. Kanun harus dibuat di tingkat Provinsi sehingga insvestor mempunyai kepastian hukum dan keamanan karena RTRW menjadi concern negara maju sehingga investasi mereka berkelanjutan”.

Terkait isu jasa lingkungan, apakah kalau dikelola berpotensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa ? “Pasti”, jawab Rajab Tampubolon meyakinkan. Karena kompensasi jasa lingkungan bukan sebagai biaya tetapi sebagai investasi. Banyak orang salah salah paham, seolah-olah investasi jasa lingkungan adalah investasi jangka panjang padahal investasi ini bermanfaat untuk jangka pendek, menengah dan panjang bagi masyarakat dan lingkungan.

Pengaruh terhadap Sumberdaya air. Pengelolaan jasa lingkungan yang baik bisa menyediaan SDA dan tata air akan baik sehingga kualitas dan kuantitas menjadi baik. Penyediaan air yang berkualitas akan memberikan manfat bagi masyarakat dan secara tidak langsung pada warga negara Indonesia. Air digunakan untuk bahan baku air minum dan juga bisa dipakai sebagai jasa energi listrik (PLTA). Bagaimana kalau SDA di hulu tidak dikelola oleh masyarakat?

Karbon offset dan biodiversitas meningkat kalau pohon di tanam, banyak kujungan, penelitian dan manfaat lain. Investasi lingkungan berpotensi meningkatkan ekonomi masyarakat dan wilayah.

Apa saja jenis jasa lingkungan yang sebaiknya dikembangkan di Aceh ?Ada 14 jenis jasa lingkungan bisa dikembangkan di Aceh”, jelas Rajab Tampubolon. Yang utama ada empat yaitu pertama perdagangan karbon. Kedua untuk jasa air bagi domestik dan industri, pertanian, peternakan dan perikanan. Ketiga, Jasa biodiversitas, untuk penelitian, pengembangan produk-produk bahan baku obat herbal dan keempat untuk wisata.

Bagaimana konsep pembayaran jasa lingkungan pada masyarakat ? ,”Konsep pembayaran jasa lingkungan adalah kompensasi dari hilir ke hulu. Artinya dari pengguna membayar pada penyedia. Penyedia masyarakat sekitar hulu. Pengguna ada indsurtri, peternakan, swasta dan pemerintah. Untuk implementasinya diperlukan regulasi dan organisasi pengelola jasa lingkungan” Rajab menjelaskan dengan bahasa dan gaya meyakinkan.

Adakah contoh jasa lingkungan yang sudah memberikan manfaat bagi masyarakat ? “Secara proyek sudah ada misalnya Cidanau di Banten. Krakatau Steel membayar air pertahun psebesar ‘x’ rupiah pada komunitas masyarakat. Komunitas hulu menerima kompensasi jasa lingkungan hasil dari Krakatau Steel setiap tahun. Di NTB juga ada, setiap masyarakat membayar dan PNS membayar air setiap meter kubik air yang dipakai pada suatu wilayah”.

“Perhitungan ekonominya harus market base instrument yaitu instrumen berdasarkan kebutuhan konsumen. Ada juga pendekatan yang didasarkan pada pendekatan aturan bukan karena kebutuhan (comment and control). Yang terbaik pendekatan pada kedua aspek ini, ada kebutuhan, kesadaran dan hukum” pungkas Rajab Tampubolon yang dihubungi kontributor Tropis disela-sela aktivitasnya yang padat.

*** MR
Pernah dimuat pada Majalah Tropis edisi 7 tahun 2011

Tidak ada komentar: