Minggu, 06 November 2011

Belajar Melestarikan Budaya Ke Bali

Siapa yang tak kenal Bali ? Rasanya tidak ada ! Bahkan semutpun kenal Bali. Kenapa Bali sangat diminati wisatawan ? Minimal ada empat hal yang membuat Bali begitu nyaman buat turis; Alam yang indah, keramahan penduduk, negeri yang aman dan pesona budaya. Kenapa semua itu bisa dimiliki Bali ? Kenapa serbuan budaya asing tidak menghilangkan budaya setempat ?

P
ada Bulan Desember 2010 dan Maret 2011, saya diundang oleh Bali Biodiversitas ke Bali untuk
Seminar agroforesrty. Selain berdiskusi tentang agroforestry, saya turut menikmati keindahan alam dan keramahan masyarakat. Ada hal yang menurut saya beda dengan daerah lain yaitu anak-anak muda Bali sangat aktif menjaga budayanya. Kenapa pemuda-pemudi Bali sangat antusias mempelajari adat budaya mereka?


Tiba-tiba saya teringat kampuang nan jauah di mato, Minang Kabau, khususnya Pasaman Barat (Pasbar). Rasanya sejak kecil sampai SMA di kampuang jarang (tidak pernah) saya melihat pemuda-pemudi mempelajari budayanya ? Kenapa ? Apakah budaya Minang sudah dianggap usang oleh generasi muda? Apakah budaya Minang sudah ketinggalan zaman?

Sejarah Indonesia & Tokoh Minang

Tidak ada rakyat Indonesia yang memungkiri betapa besarnya peran Minang Kabau dalam membangun Bangsa ini. Dahulu, hampir semua lini kehidupan berbangsa dan benegara diisi oleh tokoh dari Minang Kabau. Mulai dari persiapan kemerdekaan Indonesia, kita mengenal jasa Haji Agus Salim yang menjadi salah seorang anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 45. Tokoh proklamator Indonesia adalah Mohammad Hatta. Tokoh agama sekaligus tokoh yang berpengaruh besar dalam kosa kata Indonesia, orang mengenal Buya Hamka. Budayawan legendaris, orang mengenal Chairil Anwar, Sutan Sati, Marah Rusli dan sederet nama terkenal lainnya?

Kenapa mereka bisa menjadi tokoh nasional yang sangat disegani? Dari beberapa perbincangan dengan cadiak pandai, alim ulama dan tokoh adat ternyata kuncinya: Semua tokoh nasional dari Minang Kabau dahulu adalah orang-orang yang paham dan melaksanakan adat dengan baik. Sedangkan menurunnya kualitas orang Minang sekarang ditengarai karena meninggalkan adatnya.

Tiap Desa Punya Alat Musik

Menurut saya, inilah rahasia besar kenapa orang Bali bisa melestarikan budayanya. Orang Bali bukan hanya senang memakai aksesoris Bali kemanapun mereka pergi, tetapi mereka paham budaya Bali. Laki-laki dan perempuan umumnya bisa menari dan menyanyi Bali. Kok anak-anak muda Bali mencintai budaya mereka sepenuh hati ?

Menurut Prof. Made Sri Prana (peneliti LIPI), setiap desa di Bali punya balairung (tempat pertemuan). Di balairung ini tersedia seperangkat alat musik Bali. Rata-rata sekali dua minggu, pe muda Bali ke Balairung ini untuk belajar musik dan menari.

Kegigihan mereka mempelajari budayanya ternyata berimplikasi positif bagi Provinsi Bali. Kemanapun turis berkelana di Bali mereka akan menjumpai masyarakat yang taat adat dan mampu menampilkan budayanya. Bukankah salah satu yang ingin dilihat wisatawan adalah warisan budaya suatu negeri ?

Terus terang (menurut pendapat saya), keindahan alam Minang Kabau (juga Pasbar) tidak kalah dengan Bali. Baik pantai, gunung, goa, air terjun dan semua aksesoris alam dimiliki Minang Kabau. Bahkan kalau mau dibilang, Pantai Sasak di Pasbar tidak kalah indahnya dengan Pantai Kuta.

Rasa Aman

Di Bali kita dengan mudah menemukan turis dari mancanegara berjalan kaki dengan nyaman pada pukul 12 malam. Wisatawan tanpa ragu berkeliaran di luar rumah malam hari ? Hal seperti ini jarang kita jumpai di wilayah Indonesia lainnya. Jangankan wisatawan mancanegara, orang asli daerahpun takut kalau keluar rumah malam hari. Tidak aman !

Saya bertanya pada beberapa penduduk Desa di Kintamani, ”kenapa orang asing merasa nyaman keluar rumah malam hari?”.

Penduduk yang saya tanyai menjawab, ”kehadiran tamu asing dan lokal adalah berkah bagi masyarakat”. Kalau yang mengatakan hal ini adalah pejabat atau orang berpendidikan tinggi, tentu wajar saja. Tapi, yang saya tanya adalah penduduk desa dan mereka punya pemahaman betapa pentingnya kehadiran tamu.

Penduduk yang saya tanya melanjutkan, ”Kalau wilayah kami kurang aman, maka tidak ada tamu yang mau datang ke Bali. Kalau tamu berkurang maka pendapatan daerah kami berkurang. Untuk itu kami menjaga kemananan wilayah kami. Kalau ada pencurian atau keributan, yakinlah mereka bukan orang Bali”.

Saya terkesima dengan jawaban cerdas penduduk desa tersebut.

Pasaman Barat Bisa Jadi Pelopor

Berkaca pada kejeniusan Bali dalam menggaet wisatawan bahkan dari mancanegara ternyata kunci suksesnya memiliki 4 modal dasar; Alam yang indah, keramahan penduduk, negeri yang aman dan pesona budaya (kelestarian buday). Bagaimana dengan Pasaman Barat?

Untuk keindahan alam dan keramahan penduduk mungkin sudah kita miliki. Bagaimana dengan keamanan dan kelesatarian budaya ? Mungkin ..... rasa aman bisa dilakukan dengan cepat. Segenap masyarakat Pasbar bisa bekerja cepat untuk menciptakan keamanan bagi siapapun pengunjung ke Pasbar.

Untuk budaya ? Wah ... ini perlu pemikiran dan keseriusan semua pihak. Tentu pekerjaan ini tidak bisa dilakukan dengan cepat. Membangun kesadaran pada generasi muda dan generasi tua tentang adat dan budaya bukanlah yang mudah.

Namun..., minimal kita bisa segera mencontoh Bali – mengadakan alat kesenian pada setiap Kenagarian ! Kalau pengadaan alat kesenian di setiap kenagarian di Pasbar terwujud maka Pasbar akan jadi pelopor kebangkitan kebudayaan Minang. Dari mana dananya ? Tentu tidak pantas saya mengajarkan cara berenang kepada ikan. Tokoh dan individu di Pasbar sangat cerdas. Wallahu’alam bissawab.

* Muhammad Ridwan

- Forestry Specialist di CER - Indonesia (Carbon & Environmental Research Indonesia)

Sekretaris Umum IKPB 2010 - 2015 &

Pemimpin Redaksi Buletin IKPB.



Tulisan ini pernah dimuat pada Buletin IKPB Edisi 10 tahun 2011

Tidak ada komentar: