Minggu, 13 November 2011

Deforestasi di Aceh Bisa Dibendung

Ketika Gubernur Aceh diundang oleh Arnold Schwarzenegger ke California, Amerika Serikat, banyak pihak yang bertanya, ada apa dengan Aceh ? Apa hubungan Conference of the Parties (COP) 13 di Bali dengan pertemuan para Gubernur di California? Apakah persiapan keberangkatan tim Pemerintah Aceh ke California ?

Sebelum keberangkatan tim dari Aceh ke California, pemerintahan Aceh melakukan serangkaia persiapan yang matang. Salah satu instansi yang sibuk ada Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal) Aceh. Bapedal Aceh dalam mengantisipasi berbagai pertanyaan terkait isu karbon di Aceh melakukan riset perhitungan stok karbon se Provinsi Aceh. Riset karbon skala provinsi secara uruh ini adalah yang pertama di Indonesia. Kepala Bapedal Aceh, Husaini Syamaun menjelaskan tujuan riset ini.

Riset stok karbon skala Provinsi ini bersifat umum dan bisa dijadikan data wal untuk melakukan riset lanjutan, terang Husaini Syamaun kepada Tropis. Data ini bisa digunakan untuk memberikan gambaran pada semua pihak tentang stok karbon di Aceh. Dengan riset ini pihak dalam negeri atau luar negeri yang concern dengan isu karbon bisa melakukan analisa awal tentang potensi riset lanjutan dan apa sebaikny yang akan dilakukan. Ke depan diperlukan riset lanjutan misal riset di tiap Kabupaten atau di setiap tingkat vegetasi sehingga hasilnya lebih detil dan akurasi yang lebih baik.

Terkait undangan Gubernur California Arnol Schwarzenegger pada Gubernur Aceh ke Amerika Serikat, Husaini Syamaun menjelaskan bahwa Ini merupakan pertemuan antar Gubernur yang peduli terhadap isu perubahan iklim. Ada sembilan (9) Gubernur yang ikut pertemuan ini yang berasal dari negara bagian Amerika, Brazil dan Indonesia. Isu yang dibicarakan berupa respon terhadap hasil COP 13, di Bali. Dari Indonesia dihadiri oleh Provinsi Aceh dan Papua. Pertemuan ini difasiliti oleh Colorado University (California). Pertemuan sudah dilakukan di California, Brazil, Aceh tahun 2010 dan tahun 2011 di Palangkaraya.

Sembilan Gubernur ini mempersiapkan langkah-langkah yang perlu ditempuh jika nanti ada pihka2 yang ingin melakukan perdagangan karbon seperti yang dibicarakan oleh UNFCCC. Pada pertemuan ini juga dibicarakan bagaimana membesarkan dan meberdayakan ekonomi masyarakat sekitar hutan sebagai ujung tombak pengamanan dan perlindungan hutan.

“Negara-negara lain melihat Inondeia berpeluang ikut perdagangan karbon karena adanya kearifan lokal masyarakat sekitar hutan. Di Aceh ada istilah Mukim yang merupakan gabungan dari sekitar 7 desa. Setiap satu Mukim ada seorang Imam Mukim. Imam Mukim ini adalah tokoh kharismatis pada lingkungannya. mereka hadir sebagai tokoh karena kejujuran , intelektual, kewibawaan, bermartabat dan agamanya yang mumpuni. Imam Mukim inilah yang mengimandoi masyarakat untuk memelihara adat-istiadat dan kebiasaan positif di masyarakat. Mereka menjadi key person di wilayah sekitar hutan sebagai penghubung kepada pihak lain baik pemerintah dan lembaga lain dalam memanfaatkan potensi hutan” terang Kepala Bapedal Aceh ini.

Banyak pihak bertanya, lembaga apa saja yang sudah melakukan riset karbon di Aceh ? Husaini Syamaun menjelaskan jika riset karbon yang komprehensif baru yang dilakukan oleh Bappedal. Lembaga lain yang melakukan riset tidak semuanya memberikan laporan pada Bappedal. Ada juga riset khusus di Gayo Lues tentang jasa lingkungan yang dilakukan oleh Bapak Fauzi Harun.

Jika terjadi perdagangan karbon di Aceh, bagaimana mekanisme redistribusi insentif agar sampai ke masyarakat? Untuk pertanyaan ini, Kepala Bapedal yang ramah ini menyatakan bahwa mekanisme Itulah yang sedang digodok. Rincian secara detil belum ada, tapi secara prinsip kita ingin memberdayakan masyarakat sekitar hutan. Kunci kelestarian hutan ada pada masyarakat. Sebagian besar dana harus jatuh pada masyarakat agar mereka kaya ilmu, informasi, harta dan jaringan. Kalau mereka sudah sejahtera maka hutan akan aman. Kalau masyarakat makmur hutan bisa dijaga.

Apakah kegiatan REDD+ berpeluang menahan laju deforestasi dan degradasi hutan di Aceh ? Lagi-lagi Kepala Bapedal yang penuh senyum ini menjelaskan,kalau kita betul-betul memberdayakan masyarkat, mengedepankan ekonomi masyarakat maka sangat menjanjikan untuk membendung laju deforestasi dan degradasi hutan. Bahkan hutan bisa bertambah dengan kegiatan hutan rakyat dan hutan desa. Apalagi di Aceh sedang dilakukan moratorium logging”.

“Laju deforestasi di Aceh bisa dibendung. Pertumbuhan alami hutan dalam kaitan dengan moratorium logging lebih cepat dari illegal logging skala manual . Ke depan, Aceh ingin Hutan Lindung harus lebih luas dari hutan yang ada saat ini. Ada yang ingin berinvestasi di bidang perdagangan karbon?” tanya Husaini Syamaun memberikan penjelasan penutupan.

*** MR

Tulisan ini pernah dimuat pada Majalah Tropis Edisi 7 tahun 2011

Tidak ada komentar: