Senin, 03 Agustus 2009

Etos Kerja

“Pernahkah Anda melihat sekelompok semut ? Nah, begitulah kira-kira situasi kantor pemerintahan di Jepang”, kata teman saya. Tidak ada semut yang diam termangu, apalagi membaca koran, seluruh karyawan kantor senantiasa aktif, dari saat bel mulai kerja hingga bel akhir kerja berbunyi.

Sumur-sumur penyiram tanaman di Bantul dibuat pada jarak setiap + 10 meterHal lain yang sangat menarik dari orang Jepang adalah desain ruangan kerja. Mulai pimpinan hingga staf teknis duduk pada satu ruangan yang sama - tanpa sekat, semua bisa melihat bahwa semuanya bekerja. Satu orang main game, pasti akan ketahuan. Apalagi yang nongkrong di warung ketika jam kerja tentu tidak ditemui di Jepang.
Jepang adalah salah satu negara yang bergantung pada sumber-sumber dari negara lain. Negara tersebut tidak hanya mengimpor minyak bumi, biji besi, batu arang, kayu, dan sebagainya. Bahkan, hampir 85 % sumber tenaganya berasal dari negara lain. Di Jepang pertanian masih menjadi sektor utama meskipun telah dikenal sebagai negara industri yang maju.

Kita tentu ingat kisah Thomas Alva Edison, yang dianggap penemu terbesar dalam sejarah, memegang 1.093 hak paten atas namanya. Ia melakukan lebih dari 9000 percobaan sebelum akhirnya berhasil menemukan bola lampu pijar.

Semua orang tentu tahu KFC (Kentucky Fried Chicken), pemiliknya adalah Kolonel Harland Sanders. Kolonel Harland Sanders yang saat itu sudah berumur 66 tahun belum berhasil menawarkan resep KFC untuk dijual. Dia ditolak sebanyak 1009 kali penawaran oleh pemilik restoran. Tapi dia tak pernah menyerah, sampai akhirnya ada yang mau menerima resepnya dan ternyata laku keras di pasaran.

Apa hubungan cerita Jepang, Thomas Alfa Edison dan Kolonel Harland Sanders dengan masyarakat Pasaman Barat ? Secara langsung dan tidak langsung banyak hubungan-nya. Minimal orang Pasaman Barat masih sangat tergantung dengan listrik, salah satu mahakarya Thomas Alva Edison. Orang Pasaman Barat mungkin juga sering makan KFC atau makan gorengan ayam sejenis. Lha, kok sampai sekarang orang Pasaman Barat masih mengimpor saledri, bawang perai, kol, tomat, terong merah dan berbagai jenis tanaman hortikultura lainnya dari Bukit Tinggi?

Pengalaman di BantulSaya berkesempatan berkunjung ke Kabupaten Bantul, Jokjakarta pada Bulan Januari 2008. Sebagian daerah Bantul berada pada daerah pantai. Apa yang bisa dihasilkan dari daerah pantai selain ikan dan kelapa ? Ini adalah anggapan umum dan kuno !

Dengan etos kerja masyarakat Bantul yang mengagumkan, daerah Bantul yang berada di tepi pantai sekarang sudah menghasilkan berbagai jenis produk hortikultura. Selama ini, produk hortikultura diketahui hanya bisa dikembangkan di daerah dataran tinggi dan dingin. Ternyata persyaratan tersebut tidak berlaku untuk Bantul.

Inilah yang dinamakan etos kerja. Tanpa etos kerja yang kuat tentu masyarakat Bantul tidak akan bisa menghasilkan bawang perai, bawang merah, tomat, kacang tanah, cabe, labu siam, kacang panjang dan jenis hortikultura lainnya.

Apakah ini terjadi dengan sendirinya ? Tentu saja tidak. Angin pantai membawa partikel garam yang dapat mematikan berbagai jenis tanaman. Lahan di tepi pantai didominasi oleh pasir dan tidak ramah terhadap tanaman hortikultura.


Cabe yang tumbuh subur di Bantul dengan lahan berpasir tetapi dirawat dengan tekun dan disiram tiap hariUntuk menyulap semua kondisi negatif menjadi positif, masyarakat Bantul bekerja luar biasa. Masyarakat menanam tanaman akasia dan gliriside (pohon marica – bahasa Pasamana Barat) sepanjang pantai sebagai win breaker (pemecah angin laut) yang membawa partikel garam. Tanaman gliriside dan akasia ini ditanam sepanjang pantai selebar 50 – 100 meter.

Setelah adanya tanaman ini, masyarakat bisa menanam hampir semua jenis tanaman hortikultura. Untuk menyuburkan tanah, masyarakat memberikan pupuk kompos dan menyiram tanaman setiap pagi dan sore. Dari mana datangnya air tawar yang cukup ? masyarakat membuat sumur-sumur di setiap petak lahan pertanian.

Jadi ? Sekarang Bantul sudah bisa mandiri dalam hal sayuran, sebagian dijual ke Jokjakarta bahkan sebagian ada yang dijual ke Jakarta. Luar biasa ! Daerah yang sebelumnya tandus, sekarang subur, hijau joyo royo.

Kapan Pasaman Barat MandiriSebagai daerah yang mayoritas muslim seharusnya kita bisa maju. Ciri-ciri muslim sejati adalah memiliki etos kerja yang tinggi. Etos kerja yang tinggi ditandai dengan sifat kerja keras dan kerja cerdas.

Ciri kerja keras adalah sikap pantang menyerah, terus mencoba sampai berhasil. Inilah yang dicontohkan oleh Ibunda Nabi Ismail AS. Ibunda Ismail terus berlari antara Bukit Safa dan Marwa untuk mencari air bagi anaknya yang kehausan.

Ciri kerja Cerdas adalah memiliki pengetahuan, keterampilan, rencana dan memanfaatkan segenap sumberdaya yang ada. Dan setiap pekerjaan dilakukan dengan kesungguhan hati dan keyakinan yang kuat akan berhasil.

Tetapi kenapa sampai saat ini Pasaman Barat masih mengimpor berbagai jenis hortikultura dari Bukit Tinggi. Selama ini, masyarakat beralasan bahwa semua jenis tanaman tersebut hanya bisa tumbuh di daerah dataran tinggi.

Padahal, Pasaman Barat diberkahi dengan keberadaan Gunung Pasaman dan Talamau. Semua daerah di sekitar kedua gunung tersebut memiliki tanah yang sangat subur, semua jenis tanaman hortikultura cocok tumbuh bahkan sangat bagus. Sebut saja daerah Sukomananti, Pinagar, Padang Tujuh, Lubuk Landuo, Kajai, Talu, Kinali dan semua daerah di sekitar Gunung Pasaman dan Talamau adalah daerah yang subur luar biasa.

Karena alasan kesuburan tanah inilah program ADP (Agricultural Development Program) ditempatkan di Sukomananti (Pertanian). Berbagai riset pertanian sudah dilakukan tapi sekarang boleh dibilang tiada bekas keberadaan program ADP selain bangunan. Sampai kapan Pasaman Barat tetap megimpor sayuran dari Bukit Tinggi ? Tentu kita belum bisa membandingkan etos kerja orang Jepang, sikap pantang menyerah Thomas Alva Edison dan Kolonel Harland Sanders. Tetapi kita bisa contoh etos kerja masyarakat Kabupaten Bantul.


* Muhammad Ridwan, S.Hut
Dimuat pada Buletin IKPB Edisi 2

Tidak ada komentar: