Rabu, 27 Juli 2011

JEMBATAN BANGSA DONG & BATANG HALUAN



Zaman sekarang jembatan bukan hanya berfungsi sebagai penghubung antara dua lokasi, namun juga menyimbolkan kemajuan seni, estetika, wibawa, prestise dan teknologi khususnya di sebuah wilayah. Para arsitek dan ilmuan telah mampu memadukan keindahan seni dan teknologi secara bersamaan dalam rangka membuat jembatan yang lebih besar, lebih baik, lebih indah, lebih kuat dan lebih spektakuler dari yang pernah ada sebelumnya.
Diberbagai belahan dunia, masyarakat dan pemimpinnya berlomba membangun jembatan yang bisa diingat orang sepanjang masa. Indonesia sudah mulai membangun jemebatan yang prestisius, seperti Jembatan Suramadu di Jawa Timur yang menghubungkan Surabaya dan Madura. Panjang jembatan ini lebih dari lima kilo meter (5.438 meter). Sekarang Indonesia sedang merencanakan pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Wow.... dahsyatnya !
Wind and Rain Bridge – Cina
Pembangunan jembatan dengan berbagai konsep penggabungan antara keindahan, kekuatan dan kenyamanan ini sudah berlangsung lama. Bahkan di salah satu bagian Provinsi Guizhou - China, sudah dimbangun jembatan indah tahun 1894. Jembatan ini dikenal orang sebagai Jembatan Bangsa Dong (Jembatan Angin dan Hujan – Wind and Rain Bridge).
Mari kita bayangkan, tahun 1984 (Lebih dari 100 tahun yang lalu) kelompok masyarakat dan pemimpinnya mampu membangun sebuah jemabtan yang sungguh indah, kokoh dan penuh wibawa. Wind and Rain Bridge adalah simbol arsitektur bangsa minoritas Dong. dimana komunitas Dong terbesar Cina menetap. Jembatan panjangnya 50 meter dan pertama dibangun tahun 1894 ada juga yang bilang tahun 1916.
Jembatan dibuat dengan arsitektur kayu murni yang terdiri dari pilar dalam berbagai ukuran dan bentuk. Badan jembatan berbentuk menara drum Cina tradisional. Pada beberapa tempat jembatan dihiasi dengan bunga, ukiran dan jembatan ini sangat unik.
Jembatan Batang Haluan
Jika Jembatan Bangsa Dong yang mewah, prestisius dan bermakna tinggi secara ekonomi bisa dibangun tahun 1894 oleh Bangsa Dong China, ada apa dengan jembatan Batang Haluan ? Haruskah pembangunan sebuah jembatan di suatu kabupaten menunggu dana APBN saja ? Apakah tidak ada cara lain yang lebih cepat, terhormat, bermartabat dan bermnafaat untuk masyarakat banyak ?
Sampai kapan Kabupaten Pasaman Barat bisa mandiri secara ekonomi dan bisa bicara dengan penuh wibawa di forum nasional, kalau untuk membangun sebuah jembatan saja harus menunggu dana APBN? Apakah tidak tidak ada tokoh di Pasaman Barat yang bisa menggalang, menggerakkan, dan menghimpun dana untuk membangu sebuah jembatan ?
Negara ini memikirkan lebih dari 500 Kabupten di Indonesia. Pasaman Barat hanyalah salah satu Kabupaten di Indonesia, yang jika ditanya rakyat Indonesia tidak sampai 1 % orang mengenal Kabupaten yang bernama Kabupaten Pasaman Barat. Kenapa hanya sedikit orang yang mengenal Kabupaten Pasaman Barat ? Tentu saja jawabannya bukan karena kabupaten ini baru berumur 5 tahun, tetapi karena belum ada sesuatu yang dihasilkan yang unik, menarik, bisa dibanggakan, dan sesuatu yang patut ditiru oleh Kabupaten lain.
Kabupaten lain yang baru, misalnya Kutai Timur, Kutai Barat dan Kutai Kartanegara bisa cepat terkenal di nasional dan dunia karena mereka cepat mandiri secara ekonomi. Kota dan Kabupaten Bogor terkenal di Indonesia dan dunia bukan karena sudah lama berdiri tetapi karena memiliki keunikan seperti Kebun Raya Bogor, Puncak, Taman Safari dan perguruan tingginya. Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat, terkenal di Indonesia dan dunia selain karena kekayaan biodiversiti tetapi juga karena potensi tambangnya. Kintamani di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali terkenal bukan karena lama berdiri kabupatenya tetapi karena faktor keunikan budaya dan keindahan alamnya. Nah........ Kabupaten Pasaman Barat ingin dikenal di nasional dan dunia, apa yang ditawarkan ?
Rasanya malu juga kita sebagai anak – cucu – kemenakan Kabupaten Pasbar jika untuk membangun sebuah jembatan saja harus menunggu dana APBN. Bukankah jembatan ini untuk kebutuhan kita semua ?
Di Pasaman Barat, jumlah perusahaan lebih dari 15 dan jumlah penduduknya + 100 ribu KK. Apakah tidak bisa menggerakan potensi yang besar ini? Mari kita belajar dari kisah hidup ”Prita Mulyasari”. Dengan kebersamaan masyarakat, melalui koin saja bisa terkumpul uang + 1 milyar. Malu dong, kita warga Pasbar.
Jembatan Batang Haluan terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Pasaman Barat. Setiap tamu yang datang ke Pasaman Barat, baik pejabat, investor dan civil society lainnya akan melewati Jembatan Batang Haluan. Bagaimana ya, pendapat mereka jika melihat di tengah pusat pemerintahan, jembatannya runtuh dan tidak diperbaiki? Mungkinkah investor tertarik datang ke Pasaman Barat jika melihat kebersamaan masyarakatnya sangat minim ?
Di pusat kota Kabupaten saja jembatannya rusak, apalagi di daerah lain. Jangan-jangan banyak daerah yang belum punya jembatan. Apakah kita tidak malu pada rakyat China, tahun 1894 saja mereka sudah bisa mebangun sebuah jembatan yang monumental, prestisius, bernilai tinggi secara estetika dan dikunjungi oleh wisatawan seluruh dunia. Kita yang hidup 100 tahun lebih maju tidak bisa membangun jembatan yang sederhana sekalipun? Wallahu’alam bissawab.
*) Muhammad Ridwan, S.Hut
- Forestry Specialist of CER - Indonesia
(Carbon &  Environmental Research Indonesia)
Sekretaris Umum IKPB & Pemimpin Redaksi Buletin IKPB

Tulisan ini sudah diterbiktan pada Buletin IKPB edisi 09 tahun 2011.

Tidak ada komentar: