Rabu, 27 Juli 2011

IKAN DEWA


Ada adagium militer, kemenangan kecil yang diketahui 1000 orang, jauh lebih bernilai daripada kemenangan besar yang hanya disaksikan 10 orang. Dalam konteks Pasaman Barat, salah satu nagarinya memiliki keunikan, kelebihan dan nuansa yang begitu mempesona yaitu Lubuak Landua di Nagari Aua Kuniang. Daerah ini dianugerahi kekayaan biodiversity yang mengagumkan, wisata religius yang memikat dan pemimpin yang kharismatis. Namun area ikan larangannya tidak dikelola dengan baik, kurang publikasi dan miskin perhatian pemerintah.

Ikan dewa adalah salah satu jenis ikan yang sungguh fenomenal. Dari namanya saja orang akan langsung terperangah dan bertanya, kenapa disebut ikan dewa, dimana saja penyebarannya, dan apa mitos yang melekat dengan ikan jenis ini ?

Yang paling terkenal tentang ikan dewa adalah yang berada di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Tempat ini sudah menjadi daya tarik bagi wisatawan dari berbagai pelosok nusantara bahkan mancanegara dan sudah menjadi salah satu ikon wisata Kabupaten Kuningan. Rasanya belum mengunjungi Kabupaten Kuningan jika belum melihat ikan dewa.

Banyak legenda yang beredar mengenai asal-muasal ikan ini. Menurut berbagai sumber, dahulu kala ketika Prabu Siliwangi masih hidup, beliau memerintah dengan adil dan bijaksana, sehingga hampir semua prajurit dan rakyat tunduk penuh hormat pada Sang Prabu. Namun tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan Prabu Siliwangi. Walaupun sudah memerintah dengan adil, masih ada saja prajurit yang tidak suka dan tidak puas terhadap Prabu Siliwangi. Singkat cerita, dikutuklah prajurit-prajurit yang membangkang tersebut sehingga menjadi ikan, yang keberadaannya masih bisa kita saksikan sampai sekarang di Kuningan.

Ada beberapa mitos tentang ikan dewa di Kuningan antara lain siapa yang bisa memegang ikan dewa akan mendapat berkah. Ikan ini bisa terus tumbuh dan berkembang karena masyarakat sekitar percaya jika ikan dewa diganggu atau dimakan bisa mengakibatkan kematian. Bagi kalangan konservasionis, adanya mitos seperti ini bernilai positif karena akan menjaga kelestarian jenis yang dikeramatkan. Bahkan belakangan ini muncul ide kreatif dari kalangan konservasionis untuk menjadikan beberapa spesies langka dengan mencari mitos tertentu.

Penyebaran Ikan Dewa
Penulis melihat ikan ini minimal ada di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Di Sumatera salah satunya ada di Pasaman Barat, Sumatera Barat dan di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Di Jawa ada di Kuningan, Jawa Barat. Dan di Kalimantan ada di Berau, Kalimantan Timur. Di semua tempat selain di Kuningan, ikan jenis ini dikonsumsi oleh masyarakat dan banyak ditemukan di sungai-sungai jernih dan berair bersih. Biasanya, kalau di sungai ditemukan jenis ikan dewa maka biasanya ada juga jenis ikan kulari (bahasa Pasaman Barat).

Ikan Larangan Lubuak Landua
Di Pasaman Barat – khususnya di Lubuak Landua, ikan ini tidak diganggu oleh masyarakat apalagi dimakan karena masyarakat percaya, jika ikan ini dimakan bisa mendatangkan kesialan, gila, perut buncit atau bahkan bisa menyebabkan kematian. Ikan larangan di Lubuak Landua banyak dikunjungi warga selain karena mitos, estetika juga didukung oleh adanya Surau Buya Lubuak Landua tempat masyarakat suluak (memperdalam ilmu agama).

Tahun 1998 & 2002, penulis sempat berkunjung ke Kuningan. Dalam waktu empat tahun terjadi perkembangan ikan dewa yang luar biasa; fasilitas makin lengkap, ikannya makin banyak & makin besar. Tetapi di Lubuak Landua dari tahun 1990 – 2009 penurunan ikannya begitumengkhawatirkan. Ikannya makin sedikit, makin kecil & debit airnya kian berkurang.
Kalau kita bandingkan, di Kuningan keberadaan ikannya tiap tahun bertambah banyak dan tambah besar maka di Lubuak Landua ikannya tiap tahun makin sedikit dan mengecil. Jika di Kuningan dibuatkan kolam yang luas maka di Lubuak Landua hanya dibiarkan di sungai tanpa ada intevensi yang konstruktif.

Membiarkan ikan ini di sungai apa adanya tentu kurang menguntungkan, karena kondisnya sangat dipengaruhi oleh sungai sendiri. Jika air besar ada kemungkinan ikan hanyut. Jika air terus-menerus mengecil maka akan mengurangi ruang tumbuh ikan. Dan kenyataanyanya, sungai ini tiap tahun debit airnya makin mengecil & makin dangkal sehingga menghambat pertumbuhan.

Mungkinkah suatu saat nanti tanah di sekitar ikan larangan Lubuak Landua dibebaskan sekitar 2 ha untuk memberi ruang tumbuh-kembang ikan ? Dengan dibebaskannya lahan sekitar ikan larangan diharapkan ikan makin banyak, makin besar sehingga pengunjung bisa lebih banyak, pedagang lebih berkembang dan pendapatan masyarakat sekitar meningkat. Kita tunggu political will eksekutif, legislatif dan tokoh masyarakat, sehingga penghasilan masyarakat bisa lebih baik dan Kabupaten Pasaman Barat makin terkenal.

*) Muhammad Ridwan, S.Hut
- Forestry Specialist of CER - Indonesia
(Carbon & Environtmental Research Indonesia)
Sekretaris Umum IKPB & Pemimpin Redaksi Buletin IKPB.

Tulisan ini pernah dimuat dalam Buletin IKPB edisi 08 tahun 2011

Tidak ada komentar: