Selasa, 03 Agustus 2010

MENCARI NILAI TAMBAH

Siapa yang tidak ingin rekreasi ke seluruh pelosok nusantara. Lebih asyik lagi jika rekreasi ini dilakukan bersama keluarga. Bisakah petani Pasaman Barat bepergian kemana-mana dengan penghasilan seperti sekarang ? Jangankan untuk rekreasi, untuk makan sehari-hari saja susah. Disinilah konsep Nilai Tambah diperlukan. Tanpa adanya nilai tambah dalam usaha seperti biasanya maka sulit memenuhi kebutuhan primer apalagi kebutuhan tertier. Apa yang harus dilakukan petani Pasaman Barat untuk mendapatkan nilai tambah usahanya ?


Panjang jalan banyak diliek, panjang umua banyak diraso. Hikmah sebuah perjalanan sungguhlah banyak. Saya jika mendapatkan tugas ke luar kota, walaupun harus meninggalkan keluarga tetap melaksanakannya dengan suka cita. Syukur karena dipercaya menunaikan tugas dan yang lebih penting dapat pengalama yang sungguh berarti bagi pribadi dan jika kita mau berbagi akan bermanfaat bagi orang lain.Pertengahan April 2010 saya berkesempatan berkunjung ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Selain menikmati pemandangan yang berbeda, indah, nuansa sosial yang khas, kebudayaan yang memikat, ada hal menarik khususnya di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Secara umum mata pencaharian masyarakatnya hampir sama dengan masyarakat Pasaman Barat, yaitu sebagai petani.

Jika di Pasaman Barat masyarakat menanam padi, sejauh mata memandang yang ada hanyalah hamparan hijau bak permadani ketika padi mulai ditanam, dan berwarna kuning emas ketika padi menguning. Tidak ada yang lain ditanam petani selain padi dan hanya sebagian kecil menanam sayuran untuk konsumsi pribadi.

Namun ada yang sangat mencolok ketika saya melewati Lombok Tengah. Masyarakat selain menanam padi, di pematang sawah banyak ditemui pohon produktif lainnya. Di pematang sawah ada yang menanam mangga, durian, kayu jati, mahoni, sengon atau berbagai jenis sayur-sayuran.

Apa Nilai Tambahnya ? Masyarakat selain panen padi, maka ketika mangga berbuah mereka panen mangga. Mangga ditanam dengan beraturan atau kurang beraturan. Bagi yang beraturan, ditanam kira-kira dengan jarak 10 x 40 meter. Ini artinya, dalam satu hektar sawah ada sekitar 25 pohon komersil yang ditanam.
Jika mereka menanam mangga di pematang sebanyak 25 pohon/hektar, kalau satu mangga berbuah 500/pohon maka dalam 1 ha hasil mangganya sebanyak 12.500 buah mangga perpanen. Hasil sawah ? Tentu saja tetap seperti semula.

Bagi lingkungan, keberadaan tanaman di sawah selain padi bernilai positif. Lingkungan lebih nyaman dan bagi petani selain bernilai ekonomi, keberadaa tanaman pohon di pematang bisa digunakan sebagai peneduh ketika istirahat di siang hari.

Hmm, sungguh indah jika melihat pematang sawah di Pasaman Barat dihiasi dengan berbagai pohon komersil. Atau petani kita menanam sayuran untuk tujuan komersil. Dengan demikian, petani tidak hanya menunggu hasil padi di lahan garapannya tetapi banyak sumber penghasilan selain padi di lahan yang sama.
Inilah yang dinamakan dengan Nilai Tambah. Bagi pegawai negeri atau swasta tentu semua berkeinginan mendapatkan nilai tambah. Dan bagi pegawai banyak usaha lain tanpa korupsi waktu untuk mendapatkan nilai tambah.

*) Muhammad Ridwan, S.Hut
- Forestry Specialist of CER - Indonesia
(Carbon & Environtmental Research Indonesia)


- Sekretaris Umum IKPB & Pemimpin Redaksi Buletin IKPB.

Tidak ada komentar: