Kamis, 08 Juli 2010

IDE KREATIF BUDIDAYA LELE

Berawal dari kegundahan melihat tidak adanya supplier ikan yang dapat memasok secara kontinu ke rumah makan. Pemilik rumah makan sering kesulitan mendapatkan jumlah, kualitas dan ukuran ikan yang seragam dengan kualitas terbaik. Dari kondisi inilah muncul keinginan dari Jejenk, Afdal dan beberapa rekan sejawat mereka untuk mengembangkan budidaya ikan tawar di Pasaman Barat.

Setelah menemui berbagai hambatan akhirnya usaha budidaya ikan lele dapat berkembang dengan baik. Bahkan saat ini Jejenk dkk sudah memiliki kelompok binaan yang mereka beri nama Tirta Mina Saiyo. Jumlah anggota 65 orang. Kelebihan model budidaya lele yang dikembangkan Jejenk dibanding yang dilakukan masyarakat berupa kolam plastik dan kolam jaring. Dengan kedua model ini pengelola mudah dalam kontrol dan proses panen.

Dari sisi ekonomi model yang dikembangkan Jejenk dkk sangat menjanjikan. Jika peningkatan income kegiatan nila dan tonsen BCR-nya sebesar 1,1 – 1,15 maka kegiatan lele yang dikembang Jejenk dkk memiliki BCR sebesar 1,54 dengan putaran 3 bulan dan jumlah panen 4 kali pertahun. Saat ini sudah ada kelompok inti sebanyak 10 KK dan plasma 30 KK untuk bididaya lele. Produksi kelompok inti sekarang sebesar 1,5 ton/bulan dan plasma dua ton dengan sistem rotasi panen perminggu. Diperkirakan dengan bantuan pemda dan Semen Padang, pada pertengahan 2010 produksi lele binaan Jejenk dkk sekitar 20 ton perbulan.

Rencana pengembangan plasma sampai pada angka 200 KK dengan bantuan Pemda sebesar 100 KK atau 300 juta dan CSR dari PT. Semen Padang sekitar 500 juta (100 KK) untuk kegiatan 2010.

Pasar sekarang bersifat lokal seperti pecel lele, rumah makan dan pasar tradisional. Jumlah pecel lele di Pasbar saat ini ada 6 lokasi yang tersebar di Simpang Empat dan Kinali. Pengembangan pasar lele saat ini sangat terbuka lebar. Permintaan lele asap (smoke fish) datang dari Bukit Tinggi, Darmasraya, Sijunjuang. Potensi pengembangan lele asap kedepan hádala memenuhi permintaan dari Riau (permintaan 6 ton perbulan) dan belum bisa dipenuhi.

Selain bisnis kegiatan ini juga berdimensi sosial. Aspek sosial kegiatan ini berupa transfer ilmu budidaya, manajemen usaha dan organisasi. Respon masyarakat sangat tinggi bahkan banyak yang meminta agar kawasan desa Bandarjo dan Desa Rimbo Binuang Nagari Lingkuang Aua kedepan menjadi sentra lele di Pasbar dan Sumbar.

Saat ini yang menjadi ketua Kelompok Tirta Mina Saiyo (Tani Ikan Air Tawar Saiyo) adalah Bapak Erman. Kelompok ini dibina oleh alumni IPB yang ada di Pasbar antara lain Jejenk (Rida Warsa, STP); Refqi Jufri, Amd; Zuhal Jufri, Amd; Afdal, SP; Ade Putra, SPt dan lain-lain.

Kegiatan pembinaan IPB sejak Oktober 2008 berupa manajemen dan AD/ART kelompok. Secara fisik kegiatan lele mulai januari 2009 dan saat ini sudah berkembang pesat. Bahkan masyarakat secara swadaya sudah mulai meniru metode budidaya yang dikembangkan Jejenk dan kawan-kawan. Sama seperti program yang lain, kegiatan budidaya lele ini juga memiliki kendala. Kendala yang dihadapi saat ini akses permodalan untuk pasca panen, teknologi pasca panen dan pemasaran.

Jejenk & Ridwan

1 komentar:

admin mengatakan...

Memang kreatif sampai akhirnya bisa menyediakan lele untuk rumah-rumah makan disana