Minggu, 30 Maret 2014

REHABILITASI LAHAN DI ZONA EKSTRIM




Fakta menarik menunjukkan adanya perbandingan yang sangat kontras antara sektor kehutanan dengan non kehutanan pada implementasi penurunan  emisi nasional.   Sampai akhir tahun 2012, kegiatan Clean Development Mechanism (CDM) untuk sektor energi dan  industri sudah 93 proyek dari Indonesia yang terdafar di Executive Board (EB). Kegiatan terbanyak dari sektor methane avoidance dan CERs yang terbesar dari sektor geothermal. Bagaimana dengan sektor kehutanan ? Ternyata belum satupun yang terdafar di EB !
Kenapa hal ini bisa terjadi ? Apakah karena faktor metodologi yang rumit ? Kebijakan pemerintah ? Atau faktor internal perusahaan ? Padahal dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penuruan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK), sektor kehutanan dan gambut ditargetkan menurunkan emisi 87,61 %. Nah……. Kenapa sektor yang direncanakan menurunkan emisi terbesar justeru dalam CDM belum satupun kegiatannya yang terdaftar di EB ?
Buku ini menjelaskan hambatan teknis, kebijakan dan kegiatan validasi dari validator internasional serta strategi melewati berbagai hambatan. Buku ini semakin menarik karena kegiatan CDM di Lombok Timur adalah kegiatan CDM dengan skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) pertama dari Indonesia yang akan didaftarkan di EB.

Testimoni Buku


Kerjasama antara Indonesia dengan Korea dalam kegiatan CDM menjadi pembelajaran bagi semua pihak mengenai strategi membumikan konsep global seperti CDM ke tingkat tapak. Buku ini menjelaskan hambatan  implementsi CDM, tantangan lapangan dan proses yang harus ditempuh untuk merealisasikan tujuan penurunan emisi, khususnya di Hutan Lindung Sekaroh.
Dr. Yetty Rusli – Ketua Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan.

Hutan Lindung Sekaroh merupakan  areal yang ekstrim kering dan banyak pengembalaan liar sehingga  sulit dilakukan rehabilitasi. Program rehabilitasi lahan oleh KOICA dengan Litbang Kehutanan dalam skema CDM memberikan model baru bentuk kerjasama dengan masyarakat. Model kerjasama KOICA bersama masyarakat ini menambah khasanah model pendekatan pada masyarakat.
Dr. Ir. Abdul Hakim, MM – Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Program KOICA berhasil merubah masyarakat dari yang tidak peduli, menjadi masyarakat yang peduli lingkungan. Buku ini memaparkan cara mendekati masyarakat yang berperilaku ekstrim dan antipati dengan kegiatan rehabilitasi menjadi masyarakat yang lebih peduli pada lingkungan.
Turmudzi – Ketua LSM Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan (AMPEL).

Tidak ada komentar: