Fakta menarik menunjukkan adanya perbandingan yang sangat kontras
antara sektor kehutanan dengan non kehutanan pada implementasi penurunan emisi nasional. Sampai akhir tahun 2012, kegiatan Clean Development Mechanism (CDM) untuk
sektor energi dan industri sudah 93
proyek dari Indonesia yang terdafar di Executive
Board (EB). Kegiatan terbanyak dari sektor methane avoidance dan CERs yang terbesar dari sektor geothermal.
Bagaimana dengan sektor kehutanan ? Ternyata belum satupun yang terdafar di EB
!
Kenapa hal ini bisa terjadi ? Apakah karena faktor metodologi yang
rumit ? Kebijakan pemerintah ? Atau faktor internal perusahaan ? Padahal dalam
Peraturan Presiden (Perpres) No 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penuruan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK), sektor kehutanan dan gambut
ditargetkan menurunkan emisi 87,61 %. Nah……. Kenapa sektor yang direncanakan
menurunkan emisi terbesar justeru dalam CDM belum satupun kegiatannya yang terdaftar
di EB ?
Buku ini menjelaskan hambatan teknis, kebijakan dan
kegiatan validasi dari validator internasional serta strategi melewati berbagai
hambatan. Buku ini semakin menarik karena kegiatan CDM di Lombok Timur adalah
kegiatan CDM dengan skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) pertama dari Indonesia
yang akan didaftarkan di EB.Testimoni Buku
Kerjasama antara Indonesia dengan
Korea dalam kegiatan CDM menjadi pembelajaran bagi semua pihak mengenai
strategi membumikan konsep global seperti CDM ke tingkat tapak. Buku ini
menjelaskan hambatan implementsi CDM,
tantangan lapangan dan proses yang harus ditempuh untuk merealisasikan tujuan
penurunan emisi, khususnya di Hutan Lindung Sekaroh.
Dr. Yetty Rusli – Ketua
Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan.
Hutan Lindung Sekaroh merupakan areal yang ekstrim kering dan banyak
pengembalaan liar sehingga sulit
dilakukan rehabilitasi. Program rehabilitasi lahan oleh KOICA dengan Litbang
Kehutanan dalam skema CDM memberikan model baru bentuk kerjasama dengan
masyarakat. Model kerjasama KOICA bersama masyarakat ini menambah khasanah
model pendekatan pada masyarakat.
Dr. Ir. Abdul Hakim, MM – Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Program KOICA berhasil merubah masyarakat dari yang
tidak peduli, menjadi masyarakat yang peduli lingkungan. Buku ini memaparkan
cara mendekati masyarakat yang berperilaku ekstrim dan antipati dengan kegiatan
rehabilitasi menjadi masyarakat yang lebih peduli pada lingkungan.
Turmudzi – Ketua LSM Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan (AMPEL).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar