Senin, 23 November 2009

Selaras dengan Alam

Oleh : Muhammad Ridwan*
Jika kita ke kota maka yang terlihat adalah keramaian; seperti mobil berseliweran, bangunan tinggi dan rumah yang padat. Tentu saja yang namanya di kota rumahnya berjendelakan kaca, beratapkan asbes/genteng atau jenis lainnya yang mudah di dapat di kota. Namun ada juga yang berdinding kardus bekas.

Bagaimana dengan di tepi pantai atau di hutan ? Di tepi pantai masyarakat memiliki rumah beratapkan daun rumbia, lontar atau daun kelapa.

Sedangkan masyarakat yang hidup di hutan cenderung menggunakan sumberdaya yang ada di hutan. Bahkan yang dekat dengan sumberdaya ilalang (savana) masyarakatnya menggunakan daun ilalang sebagai atap rumahnya. Sedihkan mereka ? Ternyata mereka bangga karena masih bisa hidup meski serba kekurangan.

Tetapi, inginkah mereka memiliki rumah berdinding tembok atau papan dan beratapkan genteng ? Tentu saja mereka ingin. Hanya saja bagaimana mereka bisa mendapatkannya ? Biaya pembuatan rumah di hutan atau di desa hanya sekitar Rp 500.000,- bahkan kurang. Berapa banyak masyarakat yang hidup dengan fasilitas seperti ini di Indonesia ? Belum ada angka pasti. Namun menurut penulis tidak kurang dari 4.000.000,- rumah. Ada yang mau menghitung ? Hehe.

Berlantaikan tanah, berdinding sekaligus atap dari ilalang dan hanya ada satu pintu sekaligus jendela. Di rumah seperti itulah mereka memasak, makan, tidur dan istirahat. Yang mengagumkan, mereka tetap Bangga menjadi RAKYAT INDONESIA. Dan tentu saja mereka tidak pernah tahu bahwa banyak pejabat yang korupsi milyaran dan bahkan triliunan karena mereka tidak memiliki TV.
Dan yang pasti, hidup mereka selalu Selaras dengan Alam.

Kapankah ada pemimpin yang memperhatikan mereka ?
* Hasil perjalanan dari Palembang, Manokwari dan NTT.

Tidak ada komentar: